Perkembangan teknologi membuat banyak orang mampu mengakses berbagai informasi dalam waktu yang singkat.

Sayangnya, informasi yang sampai ke tangan pengguna internet seperti sosial media belum tentu akurat dan kredible. Padahal social media dianggap sebagai salah satu tempat update informasi untuk pengambilan keputusan.

Budaya inilah yang disebut budaya screening.

Kita cenderung hanya melihat sebatas apa yang ada dilayar kaca. Tidak mencara tahu lebih dalam tentang informasi yang beredar, contohnya, gambar gambar indah di media sosial belum tentu seindah kenyataannya.

Hal ini diperparah dengan kecenderungan ketergantungan kita pada media sosial, sifat ini terlihat dari tidak bisa lepasnya kita dari jerat media sosial.

Berapa kali dalam sehari kita melihat media sosial ?

Coba bandingkan dengan berapa kali kita mau “melihat” masalah yang nyata nyata hadir dalam lingkungan sekitar.

Ada beberapa penelitan yang mengungkap efek negatif dari penggunaan berlebih meia sosial itu sendiri :

Pada tahun 2012, Medical News Today melaporkan pada studi menunjukkan bahwa penggunaan Facebook dapat menimbulkan kecemasan dan meningkatkan perasaan bahwa kita tidak mampu melakukukan banyak hal.

Sebuah penelitian yang lebih baru, yang dipimpin oleh psikiater sosial Ethan Cross dari University of Michigan, menemukan bahwa menggunakan Facebook bahkan mungkin membuat kita sengsara.

Dr. Cecile Andraessen and colleagues at the University of Bergen in Norway juga menemukan bahwa pengguna aktif media sosial biasanya adalah mereka yang merasa cemas dan tidak nyaman berada dalam lingkungan nyata.

Yang terakhir, menghabiskan waktu melalui Instagram, menurut para peneliti di University of Wisconsin-Madison, Utah Valley University dan Universitas Humboldt Berlin, dapat lebih merusak jiwa Anda lebih dari yang Anda pikirkan.

Lebih khusus, ini terkait dengan fenomena kesenangan-kebencian yang ada dalam tindakan pseudo (menguntit foto dari kehidupan orang lain} yang tampaknya lebih baik dan kemudian membuat Anda berbagi foto Anda sendiri sebagai cara untuk “menyamakan” kehidupan yang tampak sesuai standard kebahagian atau kesenangan yang ada di instgram

Parahnya,ini kemudian mengendap dalam alam bawah sadar kita.

Akibatnya kita melakukan hal hal negatif TANPA SADAR di dunia nyata, sehingga menjerumuskan kita dalam kegagalan yang TIDAK DISADARI di akibatkan oleh prilaku kita sendiri.

Racun Media Sosial

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Solve : *
24 + 28 =